Pages

Senin, 19 April 2010

Siapa Saja yang Boleh untuk Tidak Berpuasa?


Adik-adik, agama Islam adalah agama yang memberi kemudahan bagi pemeluknya. Apabila terdapat udzur (halangan) yang syar’i maka seseorang diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Siapa saja mereka?
1. Musafir
Musafir adalah orang yang sedang bepergian jauh, oleh karena itu dia mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa sebagaimana firman Allah:
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu, pada hari yang lain. Allah mengendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (Al-Baqarah: 185).

 
Hamzah bin Amr Al-Aslami, seorang shahabat yang banyak melakukan safar pernah bertanya kepada Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam: “Apakah boleh aku berpuasa dalam safar?” maka Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( صُمْ إِنْ شِئْتَ وَأفْطِرْ إِنْ شِئْتَ ))
“Berpuasalah jika kamu mau dan berbukalah jika kamu mau” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
2. Sakit
Seorang yang sakit boleh untuk berbuka apabila puasanya akan menyebabkan suatu mudharat, penyakitnya menjadi semakin parah atau dikhawatirkan terlambat kesembuhannya. Dalilnya juga adalah ayat di atas.
3. Haidh dan Nifas
Haidh adalah darah kotor yang terjadi pada wanita dewasa secara alami pada waktu tertentu, bukan karena suatu sebab yang khusus. Sedangkan nifas adalah darah yang keluar dari rahim disebabkan karena melahirkan yang disertai dengan rasa sakit.
Wanita yang mengalami haidh maupun nifas tidak boleh berpuasa. Mereka wajib mengqodho’nya (menggantinya) nanti.
Dahulu istri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha pernah mengatakan,
كَانَ يصيبنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ
“Kamipun haidh ketika puasa, tetapi kami hanya diperintahkan untuk mengqodho’ puasa, tidak diperintahkan untuk mengqodho’ sholat” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
4. Kakek dan Nenek yang sudah Lanjut Usia
Kakek-kakek dan nenek-nenek yang sudah tua, bila mereka sudah tidak mampu lagi maka mereka boleh tidak berpuasa. Namun mereka menggantinya dengan memberi makan seorang miskin setiap harinya.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
اَلشَّيْخُ الْكَبِيْرُ، وَالْمَرْأَةُ الْكَبِيْرَةُ، لاَ يَسْتَطِيْعَانِ أَنْ يَصُوْمَا، فَيَطْعِمَانِ مَكَانَ كُلَّ يَوْمٍ مِسْكِيْنًا
“Kakek dan nenek yang lanjut usia, yang tidak mampu puasa harus memberi makan setiap harinya seorang miskin” (HR. Al-Bukhori).
5. Wanita yang sedang Hamil dan Menyusui
Di antara rahmat Allah yang agung bagi hamba-Nya yang lemah adalah Allah memberi rukhsah (keringanan) kepada wanita yang hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa.
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَضَعَ عَنِ الْمُسَافِرِ شَطْرَ الصَّلاَةِ. وَعَنِ الْمُسَافِرِ وَالْحَامِلِ وَالْمُرْضِعِ، اَلْصَوْمَ، أَوْ اَلصِّيَامَ ))
“Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala menggugurkan setengah shalat atas orang musafir. Dan menggugurkan kewajiban puasa atas musafir, wanita hamil dan menyusui “.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar