Pages

Rabu, 19 Mei 2010

Hafshah bintu Sirin

Seorang wanita keturunan Anshar yang mulia. Seorang wanita yang faqih terhadap agamanya. Bersaudara dengan orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan dengan ilmu dan bashirah. Hafshah bintu Sirin Al-Anshariyyah Al-Bashriyyah.


Berkunyah dengan nama putranya, Ummul Hudzail. Dia putri tertua, saudari kandung seorang tabi’in mulia, Muhammad bin Sirin rahimahullahu. Ayahnya adalah bekas sahaya Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu karena menjadi tawanan dari Jarjaraya, sebuah wilayah di dataran rendah Nahrawan, antara Wasith dan Baghdad dari sisi timur. Ibunya bernama Shafiyyah. Saudara-saudara sekandungnya yang lain adalah Yahya, Karimah, dan Ummu Sulaim.
Dalam usia dua belas tahun, Hafshah bintu Sirin telah menghafal Al-Qur’an. Kemudian dia mengambil riwayat dari banyak tokoh yang berilmu, di antaranya Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Ummu ‘Athiyyah Al-Anshariyyah radhiyallahu ‘anha, Khairah ibunda Al-Hasan Al-Bashri, dan Abul ‘Aliyah. Banyak pula yang meriwayatkan ilmu darinya, seperti saudaranya Muhammad bin Sirin, Qatadah, Ayyub As-Sikhtiyani, Khalid Al Hadzdza’, Ibnu ‘Aun, Hisyam bin Hassan rahimahumullah, dan yang lainnya.
Dengan ilmu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan, ia banyak mendapatkan pujian. Iyas bin Mu’awiyah rahimahullahu mengatakan, “Tak kudapatkan seorang pun yang lebih kuutamakan daripada Hafshah.” Lalu beliau ditanya, “Bagaimana dengan Al-Hasan (Al-Bashri, pen.) dan Ibnu Sirin (Muhammad bin Sirin, red.)?” “Adapun aku sendiri, aku tidak mengutamakan seorang pun atas Hafshah,” tegasnya.
Pada usia 70 tahun, Hafshah kembali menghadap Rabbnya. Hafshah bintu Sirin Al-Anshariyah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya.

Sumber bacaan:
Ath-Thabaqatul Kubra, Al-Imam Ibnu Sa’d (10/448)
Siyar A’lamin Nubala’, Al-Imam Adz-Dzahabi (4/507,606)
Tahdzibul Kamal, Al-Imam Al-Mizzi (35/151-153)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar